Minggu, 22 April 2012

Makalah Energi Angin menjadi Energi Listrik


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Energi Angin
Dua ribu tahun yang lalu manusia sudah dapat memanfaatkan energi angin untuk usaha sederhana. Beratus-ratus tahun kemudian energi angin itu menjadi semakin jelas pemanfaatannya. Kapal kecil dan besar dapat mengarungi lautan luas dengan bantuan energi angin yang meniup layar kapal. Angin merupakan udara yang bergerak; udara yang berpindah tempat, mengalir dari tempat yang dingin ke tempat yang panas dan dari tempat yang panas mengalir ke tempat yang dingin, demikian terus-menerus.
Angin adalah proses alam yang berlaku secara skala kecil dan skala besar, secara lingkup daerah dan dunia. Di lapisan atmosfir bawah udara dingin mengalir dari daerah kutub menuju daerah khatulistiwa dan di lapisan atmosfir atas udara hangat mengalir dari khatuistiwa menuju daerah kutub.
Angin merupakan suatu energi alam yang berlimpah adanya di bumi yang juga merupakan energi yang murah serta tak pernah habis. Energi angin telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Adapun pemanfaatannya adalah antara lain :
1.    Pemompaan air untuk keperluan rumah tangga dan pertanian.
2.    Melaksanakan kegiatan pertanian, seperti menggiling jagung, menggiling tepung, tebu.
3.    Mengalirkan air laut untuk pembuatan garam.
4.    Membangkitkan tenaga listrik khususnya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin terutama untuk daerah yang belum terjangkau oleh PLN.
1.2  Asal Energi Angin
Semua energi yang dapat diperbaharui dan bahkan energi pada bahan bakar fosil kecuali energi pasang surut dan panas bumi-berasal dari Matahari. Matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi ke Bumi setiap jam. Dengan kata lain, Bumi menerima 1,74 x 1.017 watt daya.
Sekitar 1-2 persen dari energi tersebut diubah menjadi energi angin. Jadi, energi angin berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada energi yang diubah menjadi biomassa oleh seluruh tumbuhan yang ada di muka Bumi.
Sebagaimana diketahui, pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan temperatur antara udara panas dan udara dingin. Daerah sekitar khatulistiwa, yaitu pada busur 0‹, adalah daerah yang mengalami pemanasan lebih banyak dari Matahari dibanding daerah lainnya di Bumi.
Daerah panas ditunjukkan dengan warna merah, oranye, dan kuning pada gambar inframerah dari temperatur permukaan laut yang diambil dari satelit NOAA-7 pada Juli 1984. Udara panas lebih ringan daripada udara dingin dan akan naik ke atas sampai mencapai ketinggian sekitar 10 kilometer dan akan tersebar ke arah utara dan selatan.
Jika Bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka udara akan tiba di kutub utara dan kutub selatan, turun ke permukaan lalu kembali ke khatulistiwa. Udara yang bergerak inilah yang merupakan energi yang dapat diperbaharui, yang dapat digunakan untuk memutar turbin dan akhirnya dapat menghasilkan listrik.
1.3  Proses Terjadinya Angin
Angin terjadi bila terdapat pemanasan permukaan bumi yang tak sama oleh sinar matahari. Di siang hari udara di atas lautan relati lebih dingin daripada daratan. Sinar matahari menguapkan air lautan dan diserap lautan. Penguapan dan obsorsi sinar matahari di daratan kurang sehingga udara di atas daratan lebih panas. Dengan demikian udara di atas mengembang,jadi ringan dan naik ke atas.
Udara dingin yang lebih berat turun mengisi kekurangan udara di daratan, maka terjadilah aliran udara yang disebit angin dari lautan ke daratan tepi pantai. Di malam hari peristiwa yang sebaliknya terjadi, angin di permukaan laut mengalir dari pantai ke tengah lautan dan peristiwa inilah yang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk mencari ikan di lautan. Angin di lereng gunung juga terjadi demikian. Pada sekitar puncak pegunungan lebih dulu panas dibandingkan dengan daerah lembah. Karena perbedaan panas ini sehingga menimbulkan perbedaan tekanan yang akhirnya timbul angin biasa yang disebut angin lembah dan angin gunung.
1.4  Turbin Angin sebagai Alternatif Pembangkit Listrik
Menurunnya tinggi muka air di berbagai bendungan-terutama yang dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA)-telah menurunkan pasokan listrik di Jawa hingga 500 megawatt. Sebagai salah satu sumber pemasok listrik, PLTA bersama pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) memang memegang peran penting terhadap ketersediaan listrik terutama di Jawa, Madura, dan Bali. Energi angin yang sebenarnya berlimpah di Indonesia ternyata belum dimanfaatkan sebagai alternatif penghasil listrik.
Padahal, di berbagai negara, pemanfaatan energi angin sebagai sumber energi alternatif nonkonvensional sudah semakin mendapatkan perhatian. Hal ini tentu saja didorong oleh kesadaran terhadap timbulnya krisis energi dengan kenyataan bahwa kebutuhan energi terus meningkat sedemikian besarnya. Di samping itu, angin merupakan sumber energi yang tak ada habisnya sehingga pemanfaatan sistem konversi energi angin akan berdampak positif terhadap lingkungan.
1.5  Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Pembangkit listrik tenaga angin, yang diberi nama Wind Power System memanfaatkan angin melalui kincir, untuk menghasilkan energi listrik. Alat ini sangat cocok sekali digunakan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil. Secara umum, sistem alat ini memanfaatkan tiupan angin untuk memutar motor. Hembusan angin ditangkap baling-baling, dan dari putaran baling-baling tersebut akan dihasilkan putaran motor yang selanjutnya diubah menjadi energi listrik.
Wind Power System ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu rotor, transmisi, elektrikal, dan tower. Bagian rotor terdiri dari baling-baling dengan empat daun, bentuknya seperti baling-baling pesawat. Dengan bentuk seperti ini diharapkan energi angin yang tertangkap bisa maksimal agar bobotnya lebih ringan. Baling-baling ini dibuat dengan diameter 3,5 dan bahannya dibuat dari fiberglass.
Untuk mendapat hembusan angin, baling-baling diletakkan pada tower setinggi delapan meter. Sedangkan pada bagian transmisi digunakan sistem kerekan dan tali, sistem transmisi ini digunakan untuk menyiasati kekuatan angin yang kecil. Karena kecepatan angin di Indonesia relatif kecil, transmisi ini sangat menguntungkan untuk meningkatkan putaran sebagai pengubah energi digunakan alternator dua fase 12 volt, energi listrik yang dihasilkan oleh alternator dapat disimpan dalam aki.
Sementara kapasitas daya yang didapat sebesar 1,5 KW. Wind Power System telah diuji coba oleh para mahasiswa di pantai kenjeran, kurang dari satu jam hasil dari percobaan tersebut sudah dapat menghasilkan energi listrik untuk menyalakan TV dan lampu sampai 100 watt.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Mekanisme Turbin Angin
Sebuah pembangkit listrik tenaga angin dapat dibuat dengan menggabungkan beberapa turbin angin sehingga menghasilkan listrik ke unit penyalur listrik. Listrik dialirkan melalui kabel transmisi dan didistribusikan ke rumah-rumah, kantor, sekolah, dan sebagainya.
Turbin angin dapat memiliki tiga buah bilah turbin. Jenis lain yang umum adalah jenis turbin dua bilah. Turbin angin bekerja sebagai kebalikan dari kipas angin. Bukannya menggunakan listrik untuk membuat angin, seperti pada kipas angin, turbin angin menggunakan angin untuk membuat listrik.
Angin akan memutar sudut turbin, kemudian memutar sebuah poros yang dihubungkan dengan generator, lalu menghasilkan listrik. Turbin untuk pemakaian umum berukuran 50-750 kilowatt. Sebuah turbin kecil, kapasitas 50 kilowatt, digunakan untuk perumahan, piringan parabola, atau pemompaan air.
2.2  Jenis Turbin Angin
Dalam perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi jenis turbin angin propeler dan turbin angin Darrieus. Kedua jenis turbin inilah yang kini memperoleh perhatian besar untuk dikembangkan. Pemanfaatannya yang umum sekarang sudah digunakan adalah untuk memompa air dan pembangkit tenaga listrik.
Turbin angin propeler adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal seperti baling- baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin ini harus diarahkan sesuai dengan arah angin yang paling tinggi kecepatannya.
Kecepatan angin diukur dengan alat yang disebut anemometer. Anemometer jenis mangkok adalah yang paling banyak digunakan. Anemometer mangkok mempunyai sumbu vertikal dan tiga buah mangkok yang berfungsi menangkap angin.
Jumlah putaran per menit dari poros anemometer dihitung secara elektronik. Biasanya, anemometer dilengkapi dengan sudut angin untuk mendeteksi arah angin. Jenis anemometer lain adalah anemometer ultrasonik atau jenis laser yang mendeteksi perbedaan fase dari suara atau cahaya koheren yang dipantulkan dari molekul-molekul udara.

Turbin angin Darrieus merupakan suatu sistem konversi energi angin yang digolongkan dalam jenis turbin angin berporos tegak. Turbin angin ini pertama kali ditemukan oleh G.J.M. Darrieus tahun 1920. Keuntungan dari turbin angin jenis Darrieus adalah tidak memerlukan mekanisme orientasi pada arah angin (tidak perlu mendeteksi arah angin yang paling tinggi kecepatannya) seperti pada turbin angin propeler.
Di Indonesia telah mulai dikembangkan proyek percontohan baik oleh lembaga penelitian maupun oleh pusat studi beberapa perguruan tinggi. Proyek ini perlu memperoleh perhatian dari pihak yang terkait untuk dikembangkan karena membutuhkan riset yang cukup intensif mengenai kecepatan angin, lokasi penempatan turbin angin, serta cara untuk mengatur pembebanan turbin yang tidak merata. Misalnya pada malam hari angin cukup kencang, sedangkan pada pagi dan siang hari kecepatan angin turun sehingga harus ada mekanisme penyimpanan energi serta mekanisme untuk menstabilkan fluktuasi tegangan listrik yang dihasilkan.
Dalam situasi yang serba kekurangan pasokan listrik seperti sekarang, tampaknya alternatif energi angin perlu dikaji ulang. Selain hasilnya selalu berkelanjutan, harganya pun kompetitif dibanding pembangkit listrik lainnya.
2.3  Alat Pengukur Kecepatan Angin.
Dalam mengetahui seberapa besar kecepatan hembusan suatu angin maka perlu suatu alat/parameter pengukur kecepatan angin itu. Alat yang sering digunakan dalam mengukur kecepatan angin biasa disebut anemometer.
Adapun jenis daripada alat pengukuran kecepatan angin (anemometer) adalah :
a. Anemometer jinjingan
Anemometer jinjingan adalah alat ukur kecepatan angin yang cara kerjanya berdasarkan tekanan dinamik ( . ƒÏ.V2 ). Tetapi alat ukur ini kurang teliti dalam pembacaan.
b. Anemometer setengah bola
Anemometer setengah bola adalah alat ukur kecepatan angin dengan menggunakan kincir setengah bola. Dimana mangkok setengah bola ini akan berfungsi untuk menangkap angin sehingga dapat menggerakkan kincir dan seberapa besar kecepatan angin itu dapat dilihat dari kecepatan putaran kincir.
c. Anemometer propeller
Anemometer propeller adalah alat ukur kecepatan angin dengan menggunakan kincir model pesawat kecil, mengikuti arah angin dan propeller yang mengukur kecepatan arah angin itu.
Baik anemometer setengah bola maupun propeller tidak tepat dalam mengukur kecepatan angin. Perputaran mangkuk setengah bola atau propeller lebih cepat disaat angin kencang dan lebih lambat saat hembusan angin kurang.
2.4  Angin Sebagai Sumber Alternatif.
Pembangkit didalam menghasilkan suatu energi listrik dan agar terus dapat menyediakan pasokan listrik bagi konsumen dalam jangka waktu yang terus-menerus dimasa yang akan datang maka kebutuhan akan bahan baku yaitu bahan bakar tentunya harus tetap tersedia guna membantu proses pengoperasian daripada pembangkit listrik didalam menghasilkan energi listrik. Tetapi hal itu tidak akan menjamin, karena diperkirakan bahan baku minyak mentah yang terkandung di bumi akan habis jika terus digunakan/diambil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk dapat menggantikan pembangkit yang dalam pengoperasiannya mengunakan bahan bakar maka perlu suatu pembangkit alternative yang dapat digunakan sebagai sumber penghasil energi listrik baru yang mampu menjamin ketersediaan pasokan listrik dimasa yang akan datang. Angin merupaka energi alam yang berlimpah yang tidak akan pernah habis yang dapat digunakan atau berpotensi, dikembangkan serta dimanfaatkan sebagai suatu sumber energi alternative baru dalam menghasilkan energi listrik yang murah, bebas polusi dan banyak variasi pemanfaatan baik dalam keperluan mekanis maupun elektris.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1    Konversi Energi Angin.
Untuk dapat menghasilkan tenaga/energi listrik dari angin maka perlu adanya pemanfaatan/konversi energi angin menjadi energi mekanik dengan bantuan suatu kincir/turbin yang kemudian dikopel langsung dengan generator. Dari generator tersebut kemudian akan dihasilkanlah energi keluaran berupa listrik. Proses konversi akan maksimal apabila perencanaan daripada suatu keberadaan PLTA Angin tepat.
3.2    Sejarah Perkembangan Kincir Angin.
Sejarah perkembangan pembangkit angin dengan kincir angin dapat diuraikan disini :
1.           Sekitar tahun 1890 Negara Denmark sudah mulai memanfaatkan tenaga untuk memompa air maupun membangkitkan tenaga listrik guna mmenuhi kebutuhan industri susu yang terletak terpencar dan yang semakin berkembang khususnya didaerah yang tidak tersedia bahan bakar lokal. Dalam periode 1890-1945 produksi kincir angin kebanyakan berkapasitas 5 KW meskipun ada beberapa yang berkapasitas lebih besar.
2.           Dengan berakhirnya Perang Dunia II, kebutuhan akan tersedianya tenaga listrik diperkirakan akan meningkat, sedangkan persediaan bahan bakar fosil tidak mencukupi sehingga di beberapa Negara Eropa mulai memikirkam untuk memanfaatkan sumber energi pengganti lain termasuk sumber energi angin dan prototype yang telah diproduksi berkapasitas 100 KW.
3.           Sejak tahun 1958 penelitian mengenai tenaga angin mulai ditinggalkan karena berkembangnya teknologi tenaga nuklir yang nampaknya mempunyai prospek yang lebih baik, serta telah stabilnya penyediaan bahan bakar konvensional yang harganya relatif lebih murah dan mungkin besarnya ukuran unit pembangkit listrik tenaga termis yang ternyata lebih menguntungkan.
4.           Sejak melandanya krisis energi tahun 1973 pada saat harga bahan bakar minyak mulai melonjak dan pada saat bersamaan masyarakat di negara-negara maju mulai memberikan tanggapan negatif pada pembangunan pembangkit-pembangkit listrik tenaga nuklir khususnya mengenai hal bahaya pencemaran lingkungan maka sejak itu energi angin mulai mendapat perhatian lagi dalam perkembangannya.
5.           Di Indonesia, tenaga angin telah dikembangkan pemanfaatannya sejak tahun 1979 yang dimulai dengan penelitian-penelitian dan pengukuran data angin serta konsep-konsep teknologi sesuai dengan kondisi dan energi angin yang tersedia di Indonesia.
3.3    Perencanaan Kincir Angin.
Untuk perencanaan kincir angin diperlukan data sebagai berikut:
1.    Survei data angin
2.    Lokasi kincir yang baik
3.    Rumus energi angin yang baik
4.    Perencanaan
3.4    Macam-Macam Kincir Angin.
Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi aerospace, maka sampai pada saat ini telah banyak dikenal jenis-jenis kincir angin, baik yang berporos horizontal maupun yang berporos vertikal. Masing-masing jenis kincir angin mempunyai prinsip kerja dan karakteristik yang berbeda-beda.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kincir angin untuk penggerak muka mula suatu generator adalah :
1.         Mempunyai efisiensi daya tinggi.
2.         Besar investasi dan biaya operasi harus serendah mungkin sehingga cukup memadai terhadap daya yang dihasilkan.
3.         Bahan yang digunakan mudah didapat serta mudah pengolahannya disamping harus mempunyai kekuatan yang memenuhi syarat teknis.
Dengan melihat dan mempertimbangkan persyaratan diatas maka jenis-jenis kincir angin yang mempunyai prospek cukup baik dimasa mendatang yaitu :
a.    Kincir Angin Darrieus.
Kincir angin darrieus diciptakan pada tahun 1920 oleh G.J.M. Darrieus dari Perancis. Kincir angin ini terdiri dari sudu-sudu berpenampang airfoil (seperti bentuk pesawat terbang), dengan jumlah sudu satu pasang, dua pasang, atau lebih. Dimana gaya dorong untuk memutar rotor adalah dari kombinasi gaya-gaya aerodinamika yang terjadi pada sudut-sudut kincir tersebut.
Adapun keuntungannya :
1.         Tidak perlu pengaturan sudut-sudut untuk menggerakan sebuah generator.
2.         Tidak memerlukan suatu orientasi karena berporos vertikal.
Adapun kerugiannya :
1.         Beroperasi pada putaran rendah.
2.         Tidak dapat start sendiri.
3.         Efisiensi aerodinamika rendah.
b.    Kincir Angin Savonius
Kincir angin savonius merupakan kincir angin berporos vertikal yang telah dikenal sejak tahun 1925. Dalam beberapa hal tertentu kincir angin savonius mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis kincir angin yang lain, misalnya :
1.           Konstruksi sederhana, sehingga mudah dibuat.
2.           Bahan bakunya mudah didapat.
3.           Tidak memerlukan keahlian khusus dalam pembuatan.
4.           Biaya investasinya dan operasinya atau pemeliharaannya murah.
Pada umumnya sudut kincir angin savonius umumnya berbentuk huruf “S”, yang terdiri dari dua, tiga atau lebih. Masalah utama dari kincir angin savonius dan juga kincir angin poros vertikal lainnya adalah pada sudutnya kembali ia menentang aliran udara dan ini merupakan suatu kerugian yang besar. Untuk mengatasi adanya kerugian besar diatasi dengan membuat sudut berbentuk traveling down seluas-luasnya dan traveling up wind sekecil-kecilnya.
c.    Kincir Angin Giromill
Kincir angin giromill mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan kincir angin darrieus dengan perbedaan pada kincir angin giromill bentuk sudutnya lurus dan dipasang vertikal dengan sudut variable Pitch dan tidak memerlukan kecepatan awal.
Karena bentuk sudutnya lurus maka pembuatannya mudah dan murah. Tetapi kelemahannya adalah menpunyai perbandingan putaran yang rendah dan energi yang diekstesikan kecil. Keuntungan dari kincir angin giromill :
1.         Dapat melakukan start sendiri.
2.         Efisiensi aerodinamika lebih tinggi dari rotor darrieus.
3.         Sudut rotor yang lurus mudah dibuat.
d.    Kincir Angin Propeller.
Kincir angin propeller merupakan kincir angin yang konvensional dimana suatu putaran searah dengan arah angin dengan jumlah sudut dua, tiga ataupun lebih yang berpenampang airfoil. Dimana perputaran kincir angin ini disebabkan adanya gaya aerodinamika yang bekerja pada suatu kincir angin. Agar propeller dapat berputar maka letak bidang rotasinya harus tegak lurus dengan arah angin. Dan untuk maksud ini dapat digunakan tipe up wind dan down wind.
Kelebihan jenis Up Wind :
1.         Konstruksi lebih sederhana.
2.         Karakteristik aerodinamis angin tidak terganggu karena arah angin langsung menuju rotor.
3.         Untuk variable pitch start lebih ringan.
4.         Tidak memerlukan sudut orientasi.
Kerugian jenis Up Wind :
1.         Jarak rotor ke sumbu menara harus jauh, hal ini akan memungkinkan terjadi pelenturan poros karena beban rotor yang terlalu berat.
2.         Memerlukan ekor pengarah.
3.         Kapasitas turbin umumnya kecil, hal ini karena jari-jari sudut yang bisa dipasang ukurannya kecil, bila besar memungkinkan terjadi defleksi sudut.
Kelebihan jenis Down Wind :
1.         Sambungan rotor dan poros dapat dibuat sedekat mungkin ke menara dan ingin mengurangi kemungkinan pelenturan poros, karena beban rotor yang terlalu berat.
2.         Kapasitas turbin umumnya besar, hal ini karena defleksi sudut bisa dihindari walaupun dengan ukuran jari-jari sudut yang panjang.
3.         Biasanya jenis down wind memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap arah angin, sehingga tidak memerlukan ekor sebagai penyearah.
Kerugian jenis Down Wind :
1.         Memerlukan sudut orientasi.
2.         Karakteristik aerodinamika angin tergantung karena angin terhalang oleh menara.
3.         Biaya kontruksi lebih tinggi.
e.    Kincir Angin Vorteks Terbatas
Kincir angin jenis vorteks terbatas merupakan bentuk pengembangan dari kincir angin. Kincir angin jenis ini diharapkan dapat memanfaatkan energi angin yang semaksimal mungkin dengan jalan mempercepat angin yang ada.
Konstruksi dari kincir angin vorteks terbatas terdiri dari menara silinder (tower) dimana pada dinding silinder dipasang sudut-sudut vertikal yang bisa disetel. Pada bagian bawah silinder diletakkan sebuah kincir angin propeller yang dilindungi oleh saluran divergen. Apabila ada aliran angin masuk ke dalam silinder melalui sudut-sudut vertikal yang mempunyai sudut pembukaan yang tidak sama, maka akan terjadi putaran angin dalam silinder seperti angin pusar (vorteks) atau angin tornado.
Dalam pusat vorteks ini arus angin mempunyai kecepatan sudut yang tinggi sekitar 10 kali kecepatan sudut pada dinding silinder atau aliran angin diluar silinder. Karena dipuncak silinder ada aliran angin maka tekanan udara pada silinder bagian atas akan minimum, sehingga dengan aliran ini vorteks udara dalam silinder akan naik ke atas dengan kecepatan tinggi. Dengan jalan ini maka energi yang dapat diekstrasi oleh kincir angin propeller menjadi lebih besar. Sampai pada saat ini kincir angin vorteks terbatas masih dalam taraf percobaan. Dan melihat sistem dan konstruksinya maka biaya investasinya akan mahal. Dari beberapa jenis kincir angin yang telah disebutkan diatas terlihat pada masing-masing kincir angin mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
f.     Sistem Kincir Belanda
Keberadaan kincir Belanda sudah ada sejak dulu sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif dalam fungsinya untuk menghasilkan energi listrik. Dilihat dari bentuk fisiknya kincir Belanda ini sangat berbeda dengan kincir-kincir yang lainnya. Kincir Belanda memiliki ciri khusus yaitu pada ukurannya yang besar dan berat.
Keuntungan daripada kincir angin Belanda ini adalah walaupun permenitnya kecil tetapi karena baling-balingnya yang berukuran besar membuat tenaga putarannya juga sangat kuat.
Kelemahan daripada kincir angin Belanda ini adalah memerlukan angin yang besar untuk dapat menggerakkan kincir angin yang berat. Kalau angin bertiup lemah maka kincir tidak akan dapat bergerak. Beruntung negeri Belanda terletak di pinggir laut utara yang berangin kencang sehingga kincir yang berat itu tetap dapat berputar.
Untuk dapat menghasilkan tenaga listrik, idealnya kincir Belanda dihubungkan dengan gear box percepatan sebelum ke generator. Rasio perbandingan gear box yang akan dipergunakan didapat dari perhitungan putaran rata-rata kincir dan putaran yang dibutuhkan oleh generator.
g.    Sistem Kincir Terowongan (parit alam)
Kincir angin terowongan merupakan jenis kincir angin yang memanfaatkan suatu arus angin yang sifatnya terkonsentrator (terfokus) untuk dapat menghasilkan tenaga listrik. Angin yang terkonsentrator ini bertiup sangat kencang sehingga dapat diperoleh energi yang lebih tinggi. Kondisi angin ini dapat ditemukan misalnya pada pantai landai yang diapit oleh dua bukit terjal dimana angin akan mengalir terfokus diantara dua tebing yang mengapit tersebut.


BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Keuntungan dan Kerugian Energi Angin adalah sebagai berikut ini :
Ø Dari segi keuntungan :
1.    Angin merupakan sumber daya alam yang tidak pernah habis.
2.    Tidak diperlukan bahan bakar sehingga bebas pengaruh transport dan perubahan harga bahan bakar.
3.    Dari segi pengaruh lingkungan sangat kecil.
4.    Memiliki banyak variasi pemanfaatannya, baik untuk keperluan mekanis maupun elektris.
Ø Dari segi kerugian :
1.    Tidak tentu dalam penyediaanya baik dalam waktu dan jumlah.
2.    Energi kinetik rendah dalam suatu volume udara.
3.    Bila dipakai sebagai pembangkit tenaga listrik yang melayani beban dasar diperlukan alat penyimpanan tenaga listrik yang cukup mahal.
4.    Karena sifat angin yang tersebar (tidak terkonsentris), dibutuhkan biaya besar untuk dapat memusatkan angin ini.
5.    Pembangkit listrik tenaga angin unit tunggal menghasilkan kapasitas relatif kecil dibandingkan sumber tenaga lain yang lazim dipakai sehingga diperlukan jumlah unit pembangkit yang banyak yang akan mempengaruhi segi estetika.

2 komentar: