BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Energi Angin
Dua ribu tahun yang
lalu manusia sudah dapat memanfaatkan energi angin untuk usaha sederhana.
Beratus-ratus tahun kemudian energi angin itu menjadi semakin jelas
pemanfaatannya. Kapal kecil dan besar dapat mengarungi lautan luas dengan bantuan
energi angin yang meniup layar kapal. Angin merupakan udara yang bergerak;
udara yang berpindah tempat, mengalir dari tempat yang dingin ke tempat yang
panas dan dari tempat yang panas mengalir ke tempat yang dingin, demikian terus-menerus.
Angin adalah proses alam yang berlaku
secara skala kecil dan skala besar, secara lingkup daerah dan dunia. Di lapisan
atmosfir bawah udara dingin mengalir dari daerah kutub menuju daerah
khatulistiwa dan di lapisan atmosfir atas udara hangat mengalir dari
khatuistiwa menuju daerah kutub.
Angin merupakan suatu energi alam yang
berlimpah adanya di bumi yang juga merupakan energi yang murah serta tak pernah
habis. Energi angin telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Adapun
pemanfaatannya adalah antara lain :
1. Pemompaan
air untuk keperluan rumah tangga dan pertanian.
2. Melaksanakan
kegiatan pertanian, seperti menggiling jagung, menggiling tepung, tebu.
3. Mengalirkan
air laut untuk pembuatan garam.
4. Membangkitkan
tenaga listrik khususnya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin terutama untuk daerah
yang belum terjangkau oleh PLN.
1.2 Asal Energi Angin
Semua
energi yang dapat diperbaharui dan bahkan energi pada bahan bakar fosil kecuali
energi pasang surut dan panas bumi-berasal dari Matahari. Matahari meradiasi
1,74 x 1.014 kilowatt jam energi ke Bumi setiap jam. Dengan kata lain, Bumi
menerima 1,74 x 1.017 watt daya.
Sekitar
1-2 persen dari energi tersebut diubah menjadi energi angin. Jadi, energi angin
berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada energi yang diubah menjadi biomassa
oleh seluruh tumbuhan yang ada di muka Bumi.
Sebagaimana
diketahui, pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan temperatur antara
udara panas dan udara dingin. Daerah sekitar khatulistiwa, yaitu pada busur 0‹,
adalah daerah yang mengalami pemanasan lebih banyak dari Matahari dibanding
daerah lainnya di Bumi.
Daerah
panas ditunjukkan dengan warna merah, oranye, dan kuning pada gambar inframerah
dari temperatur permukaan laut yang diambil dari satelit NOAA-7 pada Juli 1984.
Udara panas lebih ringan daripada udara dingin dan akan naik ke atas sampai
mencapai ketinggian sekitar 10 kilometer dan akan tersebar ke arah utara dan selatan.
Jika
Bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka udara akan tiba di kutub utara dan kutub
selatan, turun ke permukaan lalu kembali ke khatulistiwa. Udara yang bergerak inilah
yang merupakan energi yang dapat diperbaharui, yang dapat digunakan untuk memutar
turbin dan akhirnya dapat menghasilkan listrik.
1.3 Proses Terjadinya Angin
Angin
terjadi bila terdapat pemanasan permukaan bumi yang tak sama oleh sinar matahari.
Di siang hari udara di atas lautan relati lebih dingin daripada daratan. Sinar matahari
menguapkan air lautan dan diserap lautan. Penguapan dan obsorsi sinar matahari
di daratan kurang sehingga udara di atas daratan lebih panas. Dengan demikian
udara di atas mengembang,jadi ringan dan naik ke atas.
Udara
dingin yang lebih berat turun mengisi kekurangan udara di daratan, maka terjadilah
aliran udara yang disebit angin dari lautan ke daratan tepi pantai. Di malam hari
peristiwa yang sebaliknya terjadi, angin di permukaan laut mengalir dari pantai
ke tengah lautan dan peristiwa inilah yang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk
mencari ikan di lautan. Angin di lereng gunung juga terjadi demikian. Pada
sekitar puncak pegunungan lebih dulu panas dibandingkan dengan daerah lembah.
Karena perbedaan panas ini sehingga menimbulkan perbedaan tekanan yang akhirnya
timbul angin biasa yang disebut angin lembah dan angin gunung.
1.4 Turbin Angin sebagai Alternatif Pembangkit
Listrik
Menurunnya
tinggi muka air di berbagai bendungan-terutama yang dimanfaatkan sebagai sumber
pembangkit listrik tenaga air (PLTA)-telah menurunkan pasokan listrik di Jawa
hingga 500 megawatt. Sebagai salah satu sumber pemasok listrik, PLTA bersama
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG)
memang memegang peran penting terhadap ketersediaan listrik terutama di Jawa,
Madura, dan Bali. Energi angin yang sebenarnya berlimpah di Indonesia ternyata
belum dimanfaatkan sebagai alternatif penghasil listrik.
Padahal,
di berbagai negara, pemanfaatan energi angin sebagai sumber energi alternatif
nonkonvensional sudah semakin mendapatkan perhatian. Hal ini tentu saja
didorong oleh kesadaran terhadap timbulnya krisis energi dengan kenyataan bahwa
kebutuhan energi terus meningkat sedemikian besarnya. Di samping itu, angin
merupakan sumber energi yang tak ada habisnya sehingga pemanfaatan sistem
konversi energi angin akan berdampak positif terhadap lingkungan.
1.5 Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Pembangkit
listrik tenaga angin, yang diberi nama Wind Power System memanfaatkan angin
melalui kincir, untuk menghasilkan energi listrik. Alat ini sangat cocok sekali
digunakan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil. Secara umum, sistem
alat ini memanfaatkan tiupan angin untuk memutar motor. Hembusan angin ditangkap
baling-baling, dan dari putaran baling-baling tersebut akan dihasilkan putaran
motor yang selanjutnya diubah menjadi energi listrik.
Wind
Power System ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu rotor, transmisi,
elektrikal, dan tower. Bagian rotor terdiri dari baling-baling dengan empat
daun, bentuknya seperti baling-baling pesawat. Dengan bentuk seperti ini
diharapkan energi angin yang tertangkap bisa maksimal agar bobotnya lebih ringan.
Baling-baling ini dibuat dengan diameter 3,5 dan bahannya dibuat dari
fiberglass.
Untuk
mendapat hembusan angin, baling-baling diletakkan pada tower setinggi delapan
meter. Sedangkan pada bagian transmisi digunakan sistem kerekan dan tali, sistem
transmisi ini digunakan untuk menyiasati kekuatan angin yang kecil. Karena kecepatan
angin di Indonesia relatif kecil, transmisi ini sangat menguntungkan untuk meningkatkan
putaran sebagai pengubah energi digunakan alternator dua fase 12 volt, energi
listrik yang dihasilkan oleh alternator dapat disimpan dalam aki.
Sementara
kapasitas daya yang didapat sebesar 1,5 KW. Wind Power System telah diuji coba
oleh para mahasiswa di pantai kenjeran, kurang dari satu jam hasil dari
percobaan tersebut sudah dapat menghasilkan energi listrik untuk menyalakan TV
dan lampu sampai 100 watt.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Mekanisme Turbin Angin
Sebuah
pembangkit listrik tenaga angin dapat dibuat dengan menggabungkan beberapa
turbin angin sehingga menghasilkan listrik ke unit penyalur listrik. Listrik dialirkan
melalui kabel transmisi dan didistribusikan ke rumah-rumah, kantor, sekolah,
dan sebagainya.
Turbin
angin dapat memiliki tiga buah bilah turbin. Jenis lain yang umum adalah jenis
turbin dua bilah. Turbin angin bekerja sebagai kebalikan dari kipas angin.
Bukannya menggunakan listrik untuk membuat angin, seperti pada kipas angin,
turbin angin menggunakan angin untuk membuat listrik.
Angin
akan memutar sudut turbin, kemudian memutar sebuah poros yang dihubungkan
dengan generator, lalu menghasilkan listrik. Turbin untuk pemakaian umum
berukuran 50-750 kilowatt. Sebuah turbin kecil, kapasitas 50 kilowatt, digunakan
untuk perumahan, piringan parabola, atau pemompaan air.
2.2 Jenis Turbin Angin
Dalam
perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi jenis turbin angin propeler dan
turbin angin Darrieus. Kedua jenis turbin inilah yang kini memperoleh perhatian
besar untuk dikembangkan. Pemanfaatannya yang umum sekarang sudah digunakan
adalah untuk memompa air dan pembangkit tenaga listrik.
Turbin
angin propeler adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal seperti baling-
baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin ini harus diarahkan sesuai
dengan arah angin yang paling tinggi kecepatannya.
Kecepatan
angin diukur dengan alat yang disebut anemometer. Anemometer jenis mangkok
adalah yang paling banyak digunakan. Anemometer mangkok mempunyai sumbu
vertikal dan tiga buah mangkok yang berfungsi menangkap angin.
Jumlah
putaran per menit dari poros anemometer dihitung secara elektronik. Biasanya,
anemometer dilengkapi dengan sudut angin untuk mendeteksi arah angin. Jenis
anemometer lain adalah anemometer ultrasonik atau jenis laser yang mendeteksi perbedaan
fase dari suara atau cahaya koheren yang dipantulkan dari molekul-molekul udara.
Turbin
angin Darrieus merupakan suatu sistem konversi energi angin yang digolongkan
dalam jenis turbin angin berporos tegak. Turbin angin ini pertama kali ditemukan
oleh G.J.M. Darrieus tahun 1920. Keuntungan dari turbin angin jenis Darrieus adalah
tidak memerlukan mekanisme orientasi pada arah angin (tidak perlu mendeteksi arah
angin yang paling tinggi kecepatannya) seperti pada turbin angin propeler.
Di
Indonesia telah mulai dikembangkan proyek percontohan baik oleh lembaga penelitian
maupun oleh pusat studi beberapa perguruan tinggi. Proyek ini perlu memperoleh
perhatian dari pihak yang terkait untuk dikembangkan karena membutuhkan riset
yang cukup intensif mengenai kecepatan angin, lokasi penempatan turbin angin,
serta cara untuk mengatur pembebanan turbin yang tidak merata. Misalnya pada
malam hari angin cukup kencang, sedangkan pada pagi dan siang hari kecepatan
angin turun sehingga harus ada mekanisme penyimpanan energi serta mekanisme
untuk menstabilkan fluktuasi tegangan listrik yang dihasilkan.
Dalam
situasi yang serba kekurangan pasokan listrik seperti sekarang, tampaknya alternatif
energi angin perlu dikaji ulang. Selain hasilnya selalu berkelanjutan, harganya
pun kompetitif dibanding pembangkit listrik lainnya.
2.3 Alat Pengukur Kecepatan Angin.
Dalam
mengetahui seberapa besar kecepatan hembusan suatu angin maka perlu suatu
alat/parameter pengukur kecepatan angin itu. Alat yang sering digunakan dalam mengukur
kecepatan angin biasa disebut anemometer.
Adapun
jenis daripada alat pengukuran kecepatan angin (anemometer) adalah :
a.
Anemometer jinjingan
Anemometer
jinjingan adalah alat ukur kecepatan angin yang cara kerjanya berdasarkan tekanan
dinamik ( . ƒÏ.V2 ). Tetapi alat ukur ini kurang teliti dalam pembacaan.
b.
Anemometer setengah bola
Anemometer
setengah bola adalah alat ukur kecepatan angin dengan menggunakan kincir setengah
bola. Dimana mangkok setengah bola ini akan berfungsi untuk menangkap angin
sehingga dapat menggerakkan kincir dan seberapa besar kecepatan angin itu dapat
dilihat dari kecepatan putaran kincir.
c.
Anemometer propeller
Anemometer
propeller adalah alat ukur kecepatan angin dengan menggunakan kincir model pesawat
kecil, mengikuti arah angin dan propeller yang mengukur kecepatan arah angin
itu.
Baik
anemometer setengah bola maupun propeller tidak tepat dalam mengukur kecepatan
angin. Perputaran mangkuk setengah bola atau propeller lebih cepat disaat angin
kencang dan lebih lambat saat hembusan angin kurang.
2.4 Angin Sebagai Sumber Alternatif.
Pembangkit
didalam menghasilkan suatu energi listrik dan agar terus dapat menyediakan
pasokan listrik bagi konsumen dalam jangka waktu yang terus-menerus dimasa yang
akan datang maka kebutuhan akan bahan baku yaitu bahan bakar tentunya harus
tetap tersedia guna membantu proses pengoperasian daripada pembangkit listrik
didalam menghasilkan energi listrik. Tetapi hal itu tidak akan menjamin, karena
diperkirakan bahan baku minyak mentah yang terkandung di bumi akan habis jika
terus digunakan/diambil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk
dapat menggantikan pembangkit yang dalam pengoperasiannya mengunakan bahan
bakar maka perlu suatu pembangkit alternative yang dapat digunakan sebagai
sumber penghasil energi listrik baru yang mampu menjamin ketersediaan pasokan
listrik dimasa yang akan datang. Angin merupaka energi alam yang berlimpah yang
tidak akan pernah habis yang dapat digunakan atau berpotensi, dikembangkan
serta dimanfaatkan sebagai suatu sumber energi alternative baru dalam
menghasilkan energi listrik yang murah, bebas polusi dan banyak variasi
pemanfaatan baik dalam keperluan mekanis maupun elektris.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Konversi
Energi Angin.
Untuk
dapat menghasilkan tenaga/energi listrik dari angin maka perlu adanya
pemanfaatan/konversi energi angin menjadi energi mekanik dengan bantuan suatu
kincir/turbin yang kemudian dikopel langsung dengan generator. Dari generator
tersebut kemudian akan dihasilkanlah energi keluaran berupa listrik. Proses
konversi akan maksimal apabila perencanaan daripada suatu keberadaan PLTA Angin
tepat.
3.2
Sejarah
Perkembangan Kincir Angin.
Sejarah
perkembangan pembangkit angin dengan kincir angin dapat diuraikan disini :
1.
Sekitar
tahun 1890 Negara Denmark sudah mulai memanfaatkan tenaga untuk memompa air
maupun membangkitkan tenaga listrik guna mmenuhi kebutuhan industri susu yang
terletak terpencar dan yang semakin berkembang khususnya didaerah yang tidak
tersedia bahan bakar lokal. Dalam periode 1890-1945 produksi kincir angin
kebanyakan berkapasitas 5 KW meskipun ada beberapa yang berkapasitas lebih
besar.
2.
Dengan
berakhirnya Perang Dunia II, kebutuhan akan tersedianya tenaga listrik
diperkirakan akan meningkat, sedangkan persediaan bahan bakar fosil tidak
mencukupi sehingga di beberapa Negara Eropa mulai memikirkam untuk memanfaatkan
sumber energi pengganti lain termasuk sumber energi angin dan prototype yang
telah diproduksi berkapasitas 100 KW.
3.
Sejak
tahun 1958 penelitian mengenai tenaga angin mulai ditinggalkan karena
berkembangnya teknologi tenaga nuklir yang nampaknya mempunyai prospek yang
lebih baik, serta telah stabilnya penyediaan bahan bakar konvensional yang
harganya relatif lebih murah dan mungkin besarnya ukuran unit pembangkit
listrik tenaga termis yang ternyata lebih menguntungkan.
4.
Sejak
melandanya krisis energi tahun 1973 pada saat harga bahan bakar minyak mulai
melonjak dan pada saat bersamaan masyarakat di negara-negara maju mulai
memberikan tanggapan negatif pada pembangunan pembangkit-pembangkit listrik
tenaga nuklir khususnya mengenai hal bahaya pencemaran lingkungan maka sejak
itu energi angin mulai mendapat perhatian lagi dalam perkembangannya.
5.
Di
Indonesia, tenaga angin telah dikembangkan pemanfaatannya sejak tahun 1979 yang
dimulai dengan penelitian-penelitian dan pengukuran data angin serta
konsep-konsep teknologi sesuai dengan kondisi dan energi angin yang tersedia di
Indonesia.
3.3
Perencanaan
Kincir Angin.
Untuk
perencanaan kincir angin diperlukan data sebagai berikut:
1.
Survei data angin
2. Lokasi kincir yang baik
3. Rumus
energi angin yang baik
4. Perencanaan
3.4
Macam-Macam
Kincir Angin.
Sejalan
dengan kemajuan dan perkembangan teknologi aerospace, maka sampai pada saat ini
telah banyak dikenal jenis-jenis kincir angin, baik yang berporos horizontal
maupun yang berporos vertikal. Masing-masing jenis kincir angin mempunyai
prinsip kerja dan karakteristik yang berbeda-beda.
Syarat-syarat
yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kincir angin untuk penggerak muka
mula suatu generator adalah :
1.
Mempunyai efisiensi daya tinggi.
2.
Besar investasi dan biaya operasi harus
serendah mungkin sehingga cukup memadai terhadap daya yang dihasilkan.
3.
Bahan yang digunakan mudah didapat serta
mudah pengolahannya disamping harus mempunyai kekuatan yang memenuhi syarat
teknis.
Dengan
melihat dan mempertimbangkan persyaratan diatas maka jenis-jenis kincir angin
yang mempunyai prospek cukup baik dimasa mendatang yaitu :
a. Kincir Angin Darrieus.
Kincir
angin darrieus diciptakan pada tahun 1920 oleh G.J.M. Darrieus dari Perancis.
Kincir angin ini terdiri dari sudu-sudu berpenampang airfoil (seperti bentuk
pesawat terbang), dengan jumlah sudu satu pasang, dua pasang, atau lebih.
Dimana gaya dorong untuk memutar rotor adalah dari kombinasi gaya-gaya aerodinamika
yang terjadi pada sudut-sudut kincir tersebut.
Adapun
keuntungannya :
1.
Tidak perlu pengaturan sudut-sudut untuk
menggerakan sebuah generator.
2.
Tidak memerlukan suatu orientasi karena
berporos vertikal.
Adapun
kerugiannya :
1.
Beroperasi pada putaran rendah.
2.
Tidak dapat start sendiri.
3.
Efisiensi aerodinamika rendah.
b. Kincir Angin Savonius
b. Kincir Angin Savonius
Kincir
angin savonius merupakan kincir angin berporos vertikal yang telah dikenal
sejak tahun 1925. Dalam beberapa hal tertentu kincir angin savonius mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan jenis kincir angin yang lain, misalnya :
1.
Konstruksi
sederhana, sehingga mudah dibuat.
2.
Bahan
bakunya mudah didapat.
3.
Tidak
memerlukan keahlian khusus dalam pembuatan.
4.
Biaya
investasinya dan operasinya atau pemeliharaannya murah.
Pada
umumnya sudut kincir angin savonius umumnya berbentuk huruf “S”, yang terdiri
dari dua, tiga atau lebih. Masalah utama dari kincir angin savonius dan juga
kincir angin poros vertikal lainnya adalah pada sudutnya kembali ia menentang aliran
udara dan ini merupakan suatu kerugian yang besar. Untuk mengatasi adanya kerugian
besar diatasi dengan membuat sudut berbentuk traveling down seluas-luasnya dan
traveling up wind sekecil-kecilnya.
c. Kincir Angin Giromill
Kincir angin
giromill mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan kincir angin darrieus
dengan perbedaan pada kincir angin giromill bentuk sudutnya lurus dan dipasang
vertikal dengan sudut variable Pitch dan tidak memerlukan kecepatan awal.
Karena
bentuk sudutnya lurus maka pembuatannya mudah dan murah. Tetapi kelemahannya
adalah menpunyai perbandingan putaran yang rendah dan energi yang diekstesikan
kecil. Keuntungan dari kincir angin giromill :
1.
Dapat melakukan start sendiri.
2.
Efisiensi aerodinamika lebih tinggi dari
rotor darrieus.
3.
Sudut rotor yang lurus mudah dibuat.
d. Kincir Angin Propeller.
Kincir
angin propeller merupakan kincir angin yang konvensional dimana suatu putaran
searah dengan arah angin dengan jumlah sudut dua, tiga ataupun lebih yang
berpenampang airfoil. Dimana perputaran kincir angin ini disebabkan adanya gaya
aerodinamika yang bekerja pada suatu kincir angin. Agar propeller dapat
berputar maka letak bidang rotasinya harus tegak lurus dengan arah angin. Dan
untuk maksud ini dapat digunakan tipe up wind dan down wind.
Kelebihan jenis
Up Wind :
1.
Konstruksi lebih sederhana.
2.
Karakteristik aerodinamis angin tidak
terganggu karena arah angin langsung menuju rotor.
3.
Untuk variable pitch start lebih ringan.
4.
Tidak memerlukan sudut orientasi.
Kerugian
jenis Up Wind :
1.
Jarak rotor ke sumbu menara harus jauh,
hal ini akan memungkinkan terjadi pelenturan poros karena beban rotor yang
terlalu berat.
2.
Memerlukan ekor pengarah.
3.
Kapasitas turbin umumnya kecil, hal ini
karena jari-jari sudut yang bisa dipasang ukurannya kecil, bila besar
memungkinkan terjadi defleksi sudut.
Kelebihan
jenis Down Wind :
1.
Sambungan rotor dan poros dapat dibuat
sedekat mungkin ke menara dan ingin mengurangi kemungkinan pelenturan poros,
karena beban rotor yang terlalu berat.
2.
Kapasitas turbin umumnya besar, hal ini
karena defleksi sudut bisa dihindari walaupun dengan ukuran jari-jari sudut
yang panjang.
3.
Biasanya jenis down wind memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap arah angin, sehingga tidak
memerlukan ekor sebagai penyearah.
Kerugian
jenis Down Wind :
1.
Memerlukan sudut orientasi.
2.
Karakteristik aerodinamika angin tergantung
karena angin terhalang oleh menara.
3.
Biaya kontruksi lebih tinggi.
e.
Kincir Angin Vorteks Terbatas
Kincir
angin jenis vorteks terbatas merupakan bentuk pengembangan dari kincir angin.
Kincir angin jenis ini diharapkan dapat memanfaatkan energi angin yang semaksimal
mungkin dengan jalan mempercepat angin yang ada.
Konstruksi dari
kincir angin vorteks terbatas terdiri dari menara silinder (tower) dimana pada
dinding silinder dipasang sudut-sudut vertikal yang bisa disetel. Pada bagian
bawah silinder diletakkan sebuah kincir angin propeller yang dilindungi oleh
saluran divergen. Apabila ada aliran angin masuk ke dalam silinder melalui sudut-sudut
vertikal yang mempunyai sudut pembukaan yang tidak sama, maka akan terjadi putaran
angin dalam silinder seperti angin pusar (vorteks) atau angin tornado.
Dalam
pusat vorteks ini arus angin mempunyai kecepatan sudut yang tinggi sekitar 10
kali kecepatan sudut pada dinding silinder atau aliran angin diluar silinder. Karena
dipuncak silinder ada aliran angin maka tekanan udara pada silinder bagian atas
akan minimum, sehingga dengan aliran ini vorteks udara dalam silinder akan naik
ke atas dengan kecepatan tinggi. Dengan jalan ini maka energi yang dapat diekstrasi
oleh kincir angin propeller menjadi lebih besar. Sampai pada saat ini kincir
angin vorteks terbatas masih dalam taraf percobaan. Dan melihat sistem dan konstruksinya
maka biaya investasinya akan mahal. Dari beberapa jenis kincir angin yang telah
disebutkan diatas terlihat pada masing-masing kincir angin mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda.
f.
Sistem Kincir Belanda
Keberadaan
kincir Belanda sudah ada sejak dulu sebelum dapat digunakan sebagai sumber
energi alternatif dalam fungsinya untuk menghasilkan energi listrik. Dilihat
dari bentuk fisiknya kincir Belanda ini sangat berbeda dengan kincir-kincir
yang lainnya. Kincir Belanda memiliki ciri khusus yaitu pada ukurannya yang
besar dan berat.
Keuntungan
daripada kincir angin Belanda ini adalah walaupun permenitnya kecil tetapi
karena baling-balingnya yang berukuran besar membuat tenaga putarannya juga
sangat kuat.
Kelemahan
daripada kincir angin Belanda ini adalah memerlukan angin yang besar untuk
dapat menggerakkan kincir angin yang berat. Kalau angin bertiup lemah maka
kincir tidak akan dapat bergerak. Beruntung negeri Belanda terletak di pinggir
laut utara yang berangin kencang sehingga kincir yang berat itu tetap dapat
berputar.
Untuk
dapat menghasilkan tenaga listrik, idealnya kincir Belanda dihubungkan dengan
gear box percepatan sebelum ke generator. Rasio perbandingan gear box yang akan
dipergunakan didapat dari perhitungan putaran rata-rata kincir dan putaran yang
dibutuhkan oleh generator.
g. Sistem Kincir Terowongan (parit alam)
Kincir
angin terowongan merupakan jenis kincir angin yang memanfaatkan suatu arus
angin yang sifatnya terkonsentrator (terfokus) untuk dapat menghasilkan tenaga
listrik. Angin yang terkonsentrator ini bertiup sangat kencang sehingga dapat diperoleh
energi yang lebih tinggi. Kondisi angin ini dapat ditemukan misalnya pada pantai
landai yang diapit oleh dua bukit terjal dimana angin akan mengalir terfokus diantara
dua tebing yang mengapit tersebut.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Keuntungan
dan Kerugian Energi Angin adalah sebagai berikut ini :
Ø Dari
segi keuntungan :
1. Angin
merupakan sumber daya alam yang tidak pernah habis.
2. Tidak
diperlukan bahan bakar sehingga bebas pengaruh transport dan perubahan harga
bahan bakar.
3. Dari
segi pengaruh lingkungan sangat kecil.
4. Memiliki
banyak variasi pemanfaatannya, baik untuk keperluan mekanis maupun elektris.
Ø Dari
segi kerugian :
1. Tidak
tentu dalam penyediaanya baik dalam waktu dan jumlah.
2. Energi
kinetik rendah dalam suatu volume udara.
3. Bila
dipakai sebagai pembangkit tenaga listrik yang melayani beban dasar diperlukan alat
penyimpanan tenaga listrik yang cukup mahal.
4. Karena
sifat angin yang tersebar (tidak terkonsentris), dibutuhkan biaya besar untuk
dapat memusatkan angin ini.
5. Pembangkit
listrik tenaga angin unit tunggal menghasilkan kapasitas relatif kecil
dibandingkan sumber tenaga lain yang lazim dipakai sehingga diperlukan jumlah
unit pembangkit yang banyak yang akan mempengaruhi segi estetika.
bisa disingkat kgk gan
BalasHapusterima kasih atas infonya kak.
BalasHapus